RSS

Pages

KONSEP DASAR ASUHAN KEHAMILAN / ANTENATAL CARE (ANC)



KONSEP DASAR ASUHAN KEHAMILAN / ANTENATAL CARE (ANC)

A.    PENDAHULUAN
Tujuan utama asuhan antenatal (perawatan semasa kehamilan) adalah untuk memfasilitasi hasil yang sehat dan positif bagi ibu maupun bayinya dengan cara membina hubungan saling percaya antara ibu dan anak, mendeteksi komplikasi-komplikasi yang dapat mengancam jiwa, mempersiapkan kelahiran, dan memberikan pendidikan. Asuhan antenatal penting untuk menjamin agar proses alamiah tetap berjalan normal selama kehamilan.
B.     FILOSOFI ASUHAN KEHAMILAN
Filosofi adalah pernyataan mengenai keyakinan dan nilai / value yang dimiliki yang berpengaruh terhadap perilaku seseorang/kelompok (Pearson & Vaughan, 1986 cit. Bryar, 1995:17). Filosofi asuhan kehamilan menggambarkan keyakinan yang dianut oleh bidan dan dijadikan sebagai panduan yang diberikan asuhan kebidanan pada klien selama masa kehamilan. Dalam filosofi asuhan kehamilan ini dijelaskan beberapa keyakinan yang akan mewarnai asuhan itu.
1.      Kehamilan merupakan proses yang alamiah
Perubahan-perubahan yang terjadi pada wanita selama kehamilan normal adalah bersifat fisilogis, bukan patologis. Oleh karenanya asuhan yang diberikan pun adalah asuhan yang meminimalkan intervensi. Bidan harus memfasilitasi proses alamiah dari kehamilan dan menghindari tindakan-tindakan yang bersifat medis yang tidak terbukti manfaatnya.
2.      Asuhan kehamilan mengutamakan kesinambungan pelayanan (continuity of care)
Sangat penting bagi wanita untuk mendapatkan pelayanan dari seorang professional yang sama atau dari satu team kecil tenaga professional, sebab dengan begitu maka perkembangan kondisi mereka setiap saat akan terpantau dengan baik selain juga mereka lebih percaya dan terbuka karena merasa sudah mengenal si pemberi asuhan (Enkin, 2000).
3.      Pelayanan yang terpusat pada wanita (women centered) serta keluarga (family centered)
Wanita (ibu) menjadi pusat asuhan kebidanan dalam arti bahwa asuhan yang diberikan harus berdasarkan pada kebutuhan ibu, bukan kebutuhan dan kepentingan bidan asuhan yang diberikan hendaknya tidak hanya melibatkan ibu hamil saja melainkan juga keluarganya, dan itu sangat penting bagi ibu sebab keluarga menjadi bagian integral/tak terpisahkan dari ibu hamil. Sika, perilaku, dan kebiasaan ibu hamil sangat dipengaruhi oleh keluarga. Kondisi yang dialami oleh ibu hamil juga akan  mempengaruhi seluruh anggota keluarga. Selain itu, keluarga juga merupakan unit sosial yang dekat dan dapat memberikan dukungan yang kuat bagi anggotanya. (Lowdermilk, Perry, Bobak, 2000). Dalam hal pengambilan keputusan haruslah merupakan kesepakatan bersama antara ibu, keluarganya, dan bidan, dengan ibu sebagai penentu utama dalam proses pengambilan keputusan. Ibu mempunyai hak untuk memilih dan memutuskan kepada siapa dan dimana ia akan memperoleh pelayanan kebidannya.
4.      Asuhan kehamilan menghargai hak ibu hamil untuk berpartisipasi dan memperoleh pengetahuan/pengalaman yang berhubungan dengan kehamilannya.
Tenaga professional kesehatan tidak mungkin terus menerus mendampingi dan merawat ibu hamil, karenanya ibu hamil perlu mendapat informasi dan pengalaman agar dapat merawat diri sendiri secara benar. Perempuan harus diberdayakan untuk mampu mengambil keputusan tentang kesehatan diri dan keluarganya melalui tindakan KIE dan konseling yang dilakukan bidan.
5.      Tanggung jawab
Asuhan kehamilan yang diberikan bidan harus selalu didasari ilmu, analisa dan pertimbangan yang matang. Akibat yang timbul dari tindakan yang dilakukan menjadi tanggungan bidan. Pelayanan yang diberikan harus berdasarkan kebutuhan ibu dan janin, bukan atas kebutuhan bidan. Asuhan yang berkualitas, berfokus pada klien, dan saying ibu serta berdasarkan bukti ilmiah terkini (praktek terbaik) menjadi tanggung jawab semua profesional bidan.

C.     LINGKUP ASUHAN KEHAMILAN
  Ruang lingkup asuhan kehamilan meliputi asuhan kehamilan normal dan identifikasi kehamilan dalam rangka penapisan untuk menjaring keadaan resiko tinggi dan mencegah adanya komplikasi kehamilan
D.     PRINSIP-PRINSIP POKOK ASUHAN KEHAMILAN
Berikut sepuluh prinsip pokok yang wajib diketahui setiap bidan dalam melakukan asuhan kehamilan:
1.      proses kehamilan merupakan proses yang alamiah dan fisiologis.
2.      Pengasuhan menggunakan cara-cara yang sederhana atau menghindari segala bentuk intervensi yang tidak dibutuhkan.
3.      Aman bagi keselamatan hidup ibu. Asuhan yang diberikan, ditunjang oleh pengobatan berdasarkan bukti (Evidence based medicine)
4.      Menjaga privasi klien.
5.      Membantu klien agar merasa aman dan nyaman serta memberikan dukungan emosional.
6.      Memberikan informasi serta konseling yang cukup.
7.      Klien dan keluarga berperan aktif dalam pengambilan keputusan.
8.      Menghormati praktik adat istiadat, kebudayaan serta keyakinan atau agama dilngkungan setempat.
9.      Memelihara kesehatan fisik, psikologis, social serta spiritual klien dan keluarga.
10.  Melakukan usaha penyuluhan kesehatan dan pencegahan penyakit.

E.     SEJARAH ASUHAN KEHAMILAN
  Sejarah asuhan kehamilan sejalan dengan perkembangan dunia kebidanan secara umum. Dimana dunia menyadari bahwa persalinan akan berjalan lancar apabila adanya peningkatan pelayanan antenatal care. Boombing terjadi pada tahun 1980-an seiring dengan munculnya safe motherhood dan making pregnancy safer.
Kemampuan pelayanan kesehatan suatu negara di tentukan dengan perbandingan tinggi rendahnya angka kematian ibu hdan angka kematian perinatal. Dikemukakan bahwa angka kematian perinatal lebih mencerminkan kesanggupan suatu negara untuk memberikan pelayanan kesehatan.
Pada zaman pemerintahan hindia-belanda, angka kematian ibu (AKI) dan angka kematian bayi (AKB) sangat tinggi dengan tenaga penolong persalinan adalah dukun. Sejak saat itu, pelayanan kebidanan terus berkembang. Pelatihan dan pendidikan bidanpun terus berkembang sejak tahun 1952 hingga kini. Fasilitas pelayanan kesehatan juga semakin dikembangkan dengan menyebarkan bidan di seluruh wilayan tanah air agar pelayanan kebidanan dapat semakin dekat dengan masyarakat.

F.     TUJUAN ASUHAN KEHAMILAN
Tujuan utama ANC adalah menurunakn/mencegah kesakitan dan kematian maternal dan perinatal. Adapun tujuan khususnya adalah :
1.  Memonitor kemajuan kehamilan guna memastikan kesehatan ibu & perkembangan bayi yang normal.
2.  Mengenali secara dini penyimpangan dari normal dan memberikan penatalaksanaan yang diperlukan.
3.  Membina hubungan saling percaya antara ibu dan bidan dalam rangka mempersiapkan   ibu dan keluarga secara fisik, emosional, dan logis untuk menghadapi kelahiran serta kemungkinan adanya komplikasi.

G.    REFOCUSING ASUHAN KEHAMILAN
    Hasil survey kesehatan rumahtangga (SKRT) tahun 1995 menunjukkan angka kematian ibu sebesar 373 per 100.000 kelahiran hidup dengan penyebab utama adalah perdarahan, infeksi dan eklampsia. Sebenarnya bidan memiliki peran penting dalam mencegah dan atau menangani setiap kondisi yang mengancam jiwa ini melalui beberapa intervensi yang merupakan komponen penting dalam ANC seperti : mengukur tekanan darah, memeriksa kadar proteinuria, mendeteksi tanda-tanda awal perdarahan/infeksi,  maupun deteksi & penanganan awal terhadap anemia. Namun ternyata banyak komponen ANC yang rutin dilaksanakan tersebut  tidak efektif untuk menurunkan angka kematian maternal & perinatal.
Fokus lama ANC :
1.  Mengumpulkan data dalam upaya mengidentifikasi ibu yang beresiko tinggi dan merujuknya untuk mendapatkan asuhan khusus.
2.  Temuan-temuan fisik (TB, BB, ukuran pelvik, edema kaki, posisi & presentasi janin di bawah usia 36 minggu dsb) yang memperkirakan kategori resiko ibu.
3.  Pengajaran /pendidikan kesehatan yang ditujukan  untuk mencegah resiko/komplikasi
Hasil-hasil penelitian yang dikaji oleh WHO (Maternal Neonatal Health) menunjukkan bahwa :
1.  Pendekatan resiko mempunyai bila prediksi yang buruk karena kita tidak bisa membedakan ibu yang akan mengalami komplikasi dan yang tidak. Hasil studi di Kasango (Zaire) membuktikan bahwa 71% ibu yang mengalami partus macet tidak terprediksi sebelumnya, dan 90% ibu yang diidentifikasi sebagai beresiko tinggi tidak pernah mengalami komplikasi.
2.  Banyak ibu yang digolongkan dalam kelompok resiko tinggi tidak pernah mengalami komplikasi, sementara mereka telah memakai sumber daya yang cukup mahal dan jarang didapat. Penelitian menunjukkan bahwa pemberian asuhan khusus pada ibu yang tergolong dalam kategori resiko tinggi terbukti tidak dapat mengurangi komplikasi yang terjadi (Enkin, 2000 : 22).
3.  Memberikan keamanan palsu sebab banyak ibu yang tergolong kelompok resiko rendah mengalami komplikasi tetapi tidak pernah diberitahu bagaimana cara mengetahui dan apa yang dapat dilakukannya.
Pelajaran yang dapat diambil dari pendekatan resiko : adalah bahwa setiap bumil beresiko mengalami komplikasi yang sangat tidak bisa diprediksi sehinggasetiap bumil  harus mempunyai akses asuhan kehamilan dan persalinan yang berkualitas. Karenanya, fokus ANC perlu diperbarui (refocused) agar asuhan kehamilan lebih efektif  dan dapat dijangkau oleh setiap wanita hamil.

Isi Refocusing ANC
Penolong yang terampil/terlatih harus selalu tersedia untuk :
1.  Membantu setiap bumil & keluarganya membuat perencanaan persalinan : petugas kesehatan yang terampil, tempat bersalin, keuangan, nutrisi yang baik selama hamil, perlengkapan esensial untuk ibu-bayi). Penolong persalinan yang terampil menjamin asuhan normal yang aman sehingga mencegah komplikasi yang mengancam jiwa serta dapat segera mengenali masalah dan merespon dengan tepat.
2.  Membantu setiap bumil & keluarganya mempersiapkan diri menghadapi komplikasi  (deteksi dini, menentukan orang yang akan membuat keputusan, dana kegawatdaruratan, komunikasi, transportasi, donor darah,) pada setiap kunjungan. Jika setiap bumil sudah mempersiapkan diri sebelum terjadi komplikasi maka waktu penyelamatan jiwa tidak akan banyak terbuang untuk membuat keputusan, mencari transportasi, biaya, donor darah, dsb.
3.  Melakukan skrining/penapisan kondisi-kondisi yang memerlukan persalinan RS (riwayat SC, IUFD, dsb). Ibu yang sudah tahu kalau ia mempunyai kondisi yang memerlukan kelahiran di RS akan berada di RS saat persalinan, sehingga kematian karena penundaan keputusan, keputusan yang kurang tepat, atau hambatan dalam hal jangkauan akan dapat dicegah.
4.  Mendeteksi & menangani komplikasi (preeklamsia, perdarahan pervaginam, anemia berat, penyakit menular seksual, tuberkulosis, malaria, dsb).
5.  Mendeteksi kehamilan ganda setelah usia kehamilan 28 minggu, dan letak/presentasi abnormal setelah 36 minggu. Ibu yang memerlukan kelahiran operatif akan sudah mempunyai jangkauan pada penolong yang terampil dan fasilitas kesehatan yang dibutuhkan.
6.   Memberikan imunisasi Tetanus Toxoid untuk mencegah kematian BBL karena tetanus.
7.  Memberikan suplementasi zat besi & asam folat. Umumnya anemia ringan yang terjadi pada bumil adalah anemia defisiensi zat besi & asam folat.

H.    STANDARD ASUHAN KEHAMILAN
  Sebagai profesional bidan, dalam melaksanakan prakteknya harus sesuai dengan standard pelayanan kebidanan yang berlaku. Standard mencerminkan norma, pengetahuan dan tingkat kinerja yang telah disepakati oleh profesi. Penerapan standard pelayanan akan sekaligus melindungi masyarakat karena penilaian terhadap proses dan hasil pelayanan dapat dilakukan atas dasar yang jelas. Kelalaian dalam praktek terjadi bila pelayanan yang diberikan tidak memenuhi  standard dan terbukti membahayakan.
Terdapat 6 standar dalam standar pelayanan antenatal seperti sebagai berikut:
1.      Standar 3: Identifikasi ibu hamil
Bidan melakukan kunjungan rumah dengan berinteraksi dengan masyarakat secara berkala untuk memberikan penyuluhan dan memotivasi ibu, suami dan anggota keluarganya agar mendorong ibu untuk memeriksakan kehamilannya sejak dini dan secara teratur.
2.      Standar 4: Pemeriksaan dan pemantauan antenatal
Bidan memberikan sedikitnya 4 x pelayanan antenatal.Pemeriksaan meliputi anamnesa dan pemantauan ibu dan janin dengan seksama untuk menilai apakah perkembangan berlangsung normal.Bidan juga harus mengenal kehamilan risti/ kelainan, khususnya anemia, kurang gizi, hipertensi, PMS/ infeksi HIV; memberikan pelayanan imunisasi, nasehat dan penyuluhan kesehtan serta tugas terkait lainnya yang diberikan oleh puskesmas.Mereka harus mencatat data yang tepat pada setiap kunjungan.Bila ditemukan kelainan, mereka harus mampu mengambil tindakan yang diperlukan dan merujuknya untuk tindakan selanjutnya.
3.      Standar 5: Palpasi Abdominal
Bidan melakukan pemeriksaan abdominal secara seksama dan melakukan plapasi untuk memperkirakan usia kehamilan, serta bila umur kehamilan bertambah, memeriksa posisi, bagian terendah janin dan masuknya kepala janin ke dalam rongga panggul, untuk mencari kelainan serta melakukan rujukan tepat waktu.
4.      Standar 6: pengelolaan anemia pada kehamilan
Bidan melakukan tindakan pencegahan, penemuan, penanganan dan / atau rujukan semua kasus anemia pada kehamilan sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
5.      Standar 7: Pengelolaan Dini Hipertensi pada Kehamilan
Bidan menemukan secara dini setiap kenaikan tekanan darah pada kehamilan dan mengenali tanda tanda serta gejala preeklamsia lainnya, seta mengambil tindakan yang tepat dan merujuknya.
6.      Standar 8: Persiapan Persalinan
Bidan memberikan saran yang tepat kepada ibu hamil, suami serta keluarganya pada trimester ketiga, untuk memastikan bahwa persiapan persalinan yang bersih dan aman serta suasana yang menyenangkan akan direncanakan dengan baik, disamping persiapan transportasi dan biaya untuk merujuk, bila tiba tiba terjadi keadaan gawat darurat. Bidan hendaknya melakukan kunjungan rumah untuk hal ini.(Standard Pelayanan Kebidanan, IBI, 2002)

Dalam pelayanan/asuhan kehamilan standar minimal yang harus dilaksanakan termasuk 7T yaitu :
1.      Timbang Berat Badan
Kekurangan atau kelebihan nutrisi dapat menyebabkan kelainanyang tidak diinginkan ibu hamil tersebut. Kekurangan makanan dapat menyebabkan anemia, abortus, partus prematurus, inersia uteri, dan sebagainya. Sedangkan makan secara berlebihan karena adanya salah persepsi bahwa ibu hamil makan untuk dua orang dapat pula mengakibatkan komplikasi antara lain preeklamsi, bayi terlalu besar, dan sebagainya. Kenaikan BB wanita hamil rata-rata 6,5-16 kg (anjuran kenaikan BB disesuaikan dengan Indeks Masa Tubuh).
Bila  BB naik lebih dari semestinya anjurkan untuk mengurangi karbohidrat, lemak, jangan dikurangi apalagi sayur mayor dan buah-buahan. Bila BB tetap saja atau menurun, semua makanan dianjurkan terutama mengandung protein dan besi.
2.      Ukur Tekanan Darah
Tekanan darah harus diperiksa secara tepat dan benar. Banyak factor yang mempengaruhi peningkatan tekanan darah.  Posisi ibu saat dilakukan pemeriksaan sebaiknya posisi tidur (setengah duduk/semi fowler), jangan mengukur tekanan darah langsung saat ibu datang tapi persilahkan ibu untuk istirahat  sebentar sebelum dilakukan pemeriksaan, karena aktivitas ibu akan menimbulkan kenaikan tekanan darah sehingga hasilnya menjadi tidak akurat.
3.      Ukur Tinggi Fundus Uteri (TFU)
TFU dapat digunakan untuk memantau pertumbuhan dan perkembangan janin. Mengukur TFU bisa menggunakan jari pada kehamilan <22 minggu dan menggunakan sentimeter pada kehamilan ≥ 22 minggu.
4.      Pemberian imunisasi Tetanus Toxoid (TT) lengkap
Imunisasi TT yang diberikan pada ibu hamil sangat bermanfaat untuk mencegah terjadinya tetanus neonatorum.
5.      Pemberian Tablet Besi, minimum 90 tablet selama kehamilan
Dimulai dengan memberikan 1 tablet besi sehari sesegera mungkin setelah rasa mual hilang. Tiap tablet besi mengandung FeSO4 320 mg (zat besi 60mg) dan asam folat 500 mikogram. Minimal masing-masing 90 tablet besi.  Tablet besi sebaiknya tidak diminum bersama the atau kopi karena akan mengganggu penyerapan. Anjurkan ibu untuk mengkonsumsi makanan yang mengandung vitamin C bersamaan dengan mengkonsumsi tablet besi karena vitamin C dapat membantu penyerapan tablet besi sehingga tablet besi yang dikonsumsi dapat terserap sempurna oleh tubuh.
6.      Test terhadap Penyakit Menular Seksual
Wanita termasuk yang sedang hamil merupakan kelompok risiko tinggi terhadap PMS. PMS dapat menimbulkan morbiditas dan mortalitas terhadap ibu maupun janin yang dikandung. Pada asuhan kehamilan dilakukan anamnea kehamilan risiko terhadap PMS meliputi penapisan, konseling, dan terapi PMS.
7.      Temu wicara dalam rangka persiapan rujukan
Dalam temu wicara untuk persiapan rujukan ini melibatkan ibu, suami, keluarga dan masyarakat.
Merencanakan persiapan rujukan meliputi :
a. Mengidentifikasi rencana atau rujukan dan bentuk transportasi untuk mencapai tempat tersebut.
b. Membuat rencana penyediaan donor darah
c. Mengadakan rencana persiapan financial
d. Mengidentifikasi seorang pembuat keputusan kedua bila pembuat keputusan pertama tidak ada ditempat.

I.       TIPE PELAYANAN ASUHAN KEHAMILAN
1.  Independent Midwive/ BPS
Center pelayanan kebidanan berada pada bidan. Ruang lingkup dan wewenang asuhan sesuai dengan kepmenkes 900/ 2002. Dimana bidan memberikan asuhan kebidanan secara normal dan asuhan kebidanan “bisa diberikan” dalam wewenang dan batas yang jelas. Sistem rujukan dilakukan apabila ditemukan komplikasi atau resiko tinggi kehamilan. Rujukan ditujukan pada sistem pelayanan kesehatan yang lebih tinggi.
2. Obstetrician and Gynecological Care
Center pelayanan kebidanan berada pada SPOG. Lingkup pelayanan kebidanan meliputi fisiologi dan patologi. Rujukuan dilakukan pada tingkat yang lebih tinggi dan mempunyai kelengkapan sesuai dengan yang diharapkan.
3. Public Health Center/ Puskemas
Center pelayanan kebidanan berada pada team antara bidan dan dokter umum. Lingkup pelayanan kebidanan meliputi fisiologi dan patologi sesuai dengan pelayanan yang tersedia. Rujukan dilakukan pada system yang lebih tinggi.
4. Hospital
Center pelayanan kebidanan berada pada team antara bidan dan SPOG. Lingkup pelayanan kebidanan meliputi fisiologi dan patologi yang disesuaikan dengan pelayanan kebidanan yang tersedia. Rujukan ditujukan pada rumah sakit yang lebih tinggi tipenya.
5. Rumah Bersalin
Center pelayanan kebidanan berada pada team antara bidan dan SPOG sebagai konsultant. Lingkup pelayanan kebidanan meliputi fisiologi dan patologi yang disesuaikan dengan pelayanan yang tersedia. Rujukan ditujukan pada system pelayanan yang lebih tinggi.

J.      HAK-HAK PEREMPUAN HAMIL
1. Memperoleh pendidikan dan informasi.
2. Mendapatkan jaminan kehamilan tanpa resiko yang berarti dan pemerintah.
3. Memperoleh gizi yang cukup.
4. Perempuan bekerja berhak untuk tidak dikeluarkan dari pekerjaannya.
5. Bentuk untuk tidak mendapatkan perlakuan diskriminasi dan hukuman, seperti dikucilkan oleh masyarakat akibat mengalami gangguan kehamilan.
6. Berhak ikut serta  dalam pengambilan keputusan yang menyangkut kesehatan ibu dan bayinya.

K.    TENAGA PROFESIONAL (ASUHAN KEHAMILAN)
            Berikut tenaga professional medis yang umumnya terlibat dalam pengasuhan kehamilan:
1.      Bidan
2.      Dokter
3.      SPOG
4.      Tim

L.     PERAN DAN TANGGUNG JAWAB BIDAN DALAM ASUHAN KEHAMILAN
            Peran bidan dalam membantu seorang perempuan dalam menyesuaikan diri dengan kehamilannya adalah memberikan dukungan emosional, informasi dan saran serta mendeteksi gangguan psikologi. Ketrampilan tersebut dibutuhkan untuk meningkatkan hubungan saling membantu antara perempuan dan bidan, untuk berkomunikasi secara efektif, member dukungan dan kemampuan untuk mendengarkan saat dibutuhkan.

M.   ISU TERKINI DALAM ASUHAN KEHAMILAN
            Bidan juga harus mengikuti berbagai isu terkini yang berkaitan dengan kesehatan reproduksi perempuan. Beberapa isu yang berhubungan dengan kehamilan antara lain:
1.      Women Center Care (WCC)
Adalah asuhan yang berpusat pada perempuan. Dalam pelaksanaan asuhan ini, perempuan dipandag sebagai manusia secara utuh (holistik), yang mempunyai hak pilih untuk memelihara kesehatan reproduksinya. Adapun factor-faktor yang mempengaryhu kesehatan perempuan diIndonesia adalah:
a.       Status perempuan dalam masyarakat masih rendah.
b.      Kesehatan reproduksi seorang wanita hamil, kondisi melahirkan serta nifas, yang beresiko menyebabkan kematian.
c.       Ketidakmampuan perempuan untuk memelihara kesehatannya sendiri akibat pendidikan yang rendah.
d.      Kurangnya modal (ekonomi) dalam upaya pemeliharaan.
e.       Social budaya, ekonomi, pengetahuan yang rendah, dan pelayanan kesehatan yang tidak terjangkau.
Upaya yang dilakukan WCC adalah kontinuitas (kesinambungan) dalam pemberian asuhan yang meliputi asuhan yang berkelanjutan (konsep pelayanan kebidanan yang terorganisasi.
2.      Preeklamsi dengan Edema
Isu mengenai preeklamsi dan edema pada ibu hamil sudah berkembang luas sehingga bidan harus senantiasa meningkatkan keilmuannya agar dapat menyampaikan informasi yang tepat ketika memberikan asuhan pada ibu hamil. Dengan variasi tingkat pendidikan dan pengetahuan masyarakat maka akan bervariasi pula tanggapan yang muncul akibat adanya isu-isu yang beredar. Bidan sebagai seorang yang dekat dengan masyarakat dan dipandang kompeten, dalam hal ini harus dapat menyikapi secara bijaksana setiap reaksi yang muncul dari masyarakat. Jika menemukan hal yang negative secepatnya ia melakukan tindakan, seperti memberikan penyuluhan mengenai preeklamsi dan edema selama kehamilan.

N.    EVIDENCE BASED DALAM PRAKTEK KEHAMILAN
            Salah satu aspek yang harus dipenuhi dalam memberikan asuhan kebidanan yang bertanggung jawab adalah dengan mengacu pada hasil penelitian yang paling actual. Hasil penelitian yang didapatkan beserta rekomendasi dari penelitian dijadikan sebagai acuan dalam membrikan pelayanan. Beberapa hasil penelitian mengenai ibu hamil antara lain:
1.      Penelitian mengenai ibu hamil dan KB, yang dilakukan oleh Dra. Flourisa Juliani Sudrajat, M. Kes, dari Puslitbang-KR-BKKBN tahun 2003 di 10 kabupaten di propinsi Jawa Tengah dan Jawa Timur, menemukan bahwa:
a.       Sebanyak 45% perempuan tidak tahu tentang jenis komplikasi dalam kehamilan.
b.      Sebanyak 83% perempuan hamil memeriksakan kehamilannya difasilitas kesehatan, cakupan ini lebih rendah dari target PWS-KIA yaitu 90%.
c.       Cakupan KI (Kunjungan atau kontak pertama antara ibu hamil trimester I dan tenaga kesehatan) sebesar 56-90%, belum sesuai dengan cakupan K1 Propenas tahun 2010 sebesar 95%.
d.      Cakupan K4 (Kunjungan atau kontak perempuan hamil yang keempat kalinya dengan tenaga kesehatan, dilakukan diTrimesterIII) sebesar 40-90% target propenas tahun 2010, K4 sebesar 90%.
e.       Lebih dari 50% responden tidak tahu mengenai komplikasi dalam masa persalinan dan nifas.
f.       Hanya 26% cakupan bayi yang mendapat imunisasi lengkap sedangkan 8% lainya tidak mendapat imunisasi sama sekali.
g.      Tingkat pengetahuan tentang KB sudah cukup tinggi yaitu 90%
h.      sebanyak 18-70% perempuan tidak mengetahui bagimana car mengindari penyakit AIDS.
2.      Penelitian yang dilakukan oleh jumlah dkk pada tahun 1998 menemukan bahwa ibu hamil penderita anemia berat mempunyai resiko 4,2kali lebih besar untuk melahirkan bayi dengan bayi berat lahir rendah.
3.      Dari staf pengajar fakultas kesehatan masyarakat Universitas Indonesia mengenai pemilihan penolong persalinan yaitu sebagai berikut:
a.       Ibu hamil, yang melakukan ANC minimal 4kali mempunyai peluang 2kali lebih besar untuk memilih tenaga kesehatan sebagai penolong persalinannya, dari pada ibu hamil dengan ANC kunang dari 4kali.
b.      Ibu hamil yang mendapat konseling pada saat ANC mempunyai peluang 3,7kali lebih besar untuk memilih tenaga kesehatan penolong persalinan disbanding ibu hamil yang tidak mendapat konseling.
4.      S. M. Willer seorang peneliti dari Utrecht University, Belanda, menemukan bahwa ibu hamil yang mengkonsumsi apel selama masa kehamilannya dapat mengurani resiko asma pada bayinya.
5.      Seorang peneliti Demak mengatakan bahwa ada korelasi yang positif antara minum susu selama hamil dan berat badan serta panjang badan bayi yang dilahirkan.
6.      Ezzra Susser peniliti dari Amerika, menemukan bahwa penurunan mental pada anak-anak kemungkinan disebabkan penyakit flu yang diderita oleh sang ibu saat kandungannya berjalan pada 3 bulan pertama masa kehamilan (trimester1).
7.      Pada tahun 2007, Rossi Anggraini menemukan bahwa jarak kelahiran kurang dari 27 bulan mengingkatkan resiko kematian perinatal sebesar 4,77 kali lebih besar dibandingkan dengan jarak kelahiran yang lebih dari 27 bulan.
8.      Dr. Cuno S.P.M Uiterwaal, pemimpin penelitian dan professor yang bekerjasama dengan klinik epidemiologi di University Medical Cender, Utrecht menemukan bahwa orang tua perokok dapat membahayakan kesehatan anak mereka termasuk system kardiovaskuler mereka yang dideteksi sejak awal kehamilannya.

O.    KESIMPULAN
Setiap pengetahuan memiliki tiga komponen yang merupakan penyangga tubuh pengetahuan yang disusun. Komponen tersebut adalah : ontologi yaitu membatasi ruang lingkup penelaahan keilmuan; epistemologi yaitu metode ilmiah yang merupakan cara ilmu memperoleh dan menyusun tubuh pengetahuannya berdasar pada kerangka penelitian, penjabaran hipotesis, dan menguji  kebenaran secara factual; dan aksiologi yaitu nilai – nilai yang terkait dengan pengetahuan ilmiah, baik secara internal, maternal dan social.
Fisiologi asuhan kehamilan dalah falsafah, keyakinan atau ilai setiap bidan dalam memberikan asuhan kebidana dalam kehamilan, meliputi: Kehamlan, Memfasilitasi proses kehamilan (tanpa intervensi/proses alamai), Continuity of care, Promotion an prevention of health care, Advokasing of women (hak dan kewajiban) dan setiap individu memili       ki hak untuk kesejahteraan dan puas menerima pelayanan kesehatan, dengan respon terhadap keadaan dan kultur yang berebeda.

P.     EVALUASI
1.      Bidan memfasilitasi hasil yang sehat dan positif bagi ibu maupun bayinya dengan cara membina hubungan saling percaya bersama sang ibu, mendeteksi komplikasi – komplikasi yang dapat mengancam jiwa, mempersiapkan kelahiran dan memberikan pendidikan sesuai dengan yang dibutuhkan, berupa :
a.       Fisofi asuhan kehamilan
b.      Tujuan asuhan kehamilan
c.       Lingkupa asuhan kehamilan
d.      Prinsip asuhan kehamilan
e.       A, b, c dan d salah semua
2.      Berikut adalah refocusing asuhan kehamilan yang paing utama :
a.       Memulai persiapan persalinan dsn kesiapan menghadapi komplikasi
b.      Mendorong perilaku yang sehat (nutrisi, latihan dan kebersihan, istirahat dan sebagainya)
c.       Kewaspadaan khusus mengenai PIH (tsnys ibu mengenai gejala PIH, pantau tekanan darahnya, edema, protein urine)
d.      Papasi abdomen untuk mendeteksi adanya kehamilan ganda
e.       Deteksi kelainan letak atau kondisi lain yang memerlukan kelahiran di rumah sakit

0 komentar:

Posting Komentar