B. HEMOGLOBIN
1. Pengertian
Hemogobin
adalah molekul protein pada sel darah merah yang berfungsi sebagai media transport karbondioksida dari jaringan
tubuh ke paru-paru. Kandungan zat besi terdapat dalam hemoglobin membuat darah
berwarna merah.
Besi
yang berada di dalam molekul hemoglobin sangat penting untuk menjalankan fungsi
pengikatan dan pelepasan oksigen. Sebenarnya hanya dengan molekul besi yang ada
di dalam hemoglobin itulah oksigen diikat dan dibawa. Jelaslah, bila terjadi
kekurangan besi, jumlah hemoglobin akan berkurang sehingga jumlah oksigen yang
dibawa berkurang pula. Hal ini tampak jelas, misalnya dalam keadaan kekurangan
(defisiensi) besi, yang menimbulkan keadaan kekurangan darah atau anemia, yang
lebih tepat disebutkan kekurangan hemoglobin. (25)
Pemeriksaan
hemoglobin dalam darah mempunyai peranan yang penting dalam diagnosa suatu
penyakit, karena hemoglobin merupakan salah satu protein khusus yang ada dalam
sel darah merah dengan fungsi khusus yaitu mengangkut O2 ke jaringan
dan mengembalikan CO2 dari jaringan ke paru-paru.
Hemoglobin
bisa saja berada dalam keadaan larut langsung dalam plasma. Hemoglobin yang
meningkat terjadi karena keadaan hemokonsentrasi akibat dehidrasi yang menurun
dipengaruhi oleh berbagai masalah klinis. Penurunan jumlah sel darah merah
disertai kadar hemoglobin yang sedikit meningkat atau normal terjadi pada kasus
anemia serta kadar sel darah merah yang sedikit meningkat atau normal disertai
dengan kadar hemoglobin yang menurun terjadi pada anemia defisiensi zat besi.
Kadar
hemoglobin yaitu suatu ukuran untuk menentukan jumlah atau persentase sel darah
merah dalam darah.
Pentingnya
pemeriksaan hemoglobin ini menyebabkan pemeriksaan kadar hemoglobin ini
memegang peranan penting dalam mendiagnosa suatu penyakit, seperti anemia. (26)
2. Tablet
Zat Besi
a.
Pengertian(29)
Zat
besi merupakan mineral yang diperlukan oleh semua sistem biologi di dalam
tubuh. Sekitar 70 persen zat besi yag ada di dalam tubuh berada dalam
hemoglobin.
Tablet
zat besi merupakan tablet untuk suplementasi penanggulangan anemia gizi atau
defisiensi zat besi, yang setia tabletnya mengandung fero sulfat 200 mg atau setara dengan 60 mg besi
elementase dan 0,25 mg asam folat.
Tablet
sulfas ferosus yang dikeringkan merupakan preparat yang paling sering
diberikan.
Konsumsi
tablet Fe yaitu suatu kegiatan untuk makan atau minum dalam memperoleh asupan
zat besi yang terkandung dalam tablet Fe.
b.
Fungsi
Tablet Fe(34)
Zat
besi sangat penting untuk fungsi sistem imun tubuh, defisiensi zat besi dapat
menurunkan kemampuan darah membawa oksigen, dan anemia dapat menurunkan
penyembuhan karena penurunan kadar oksigen. Sintesis kolagen juga bergantung
pada zat besi.
Untuk
membentuk sel darah merah, sementara sel darah merah bertugas mengangkut
oksigen dan zat-zat makanan keseluruh tubuh serta membentu proses meabolisme
tubuh untuk menghasilkan energi. Jika asupan zat besi dalam tubuh berkurang
dengan sendirinya sel darah merah juga akan berkurang, tubuh pun akan
kekurangan oksigen. Akibatnya timbul gejala-gejala anemia, daya ingat dan daya
konsentrasi menurun. Anemia dapat dilihat melalui kadar Hemoglobin yang
terkandung dalam tubuh.
c.
Cara
Kerja(29)
Absorpsi
zat besi meningkat dengan mengkonsumsi bersama vitamin C. Karena vitamin C
dapat larut dalam air, sehingga vitamin C dapat cepat larut dalam plasma darah.
Oleh karena itu sebaiknya meminum pil zat besi dengan segelas air jeruk, akan
membantu penyerapan zat besi lebih cepat. Tablet Fe juga bisa diminum dengan
air putih.
Absorpsi
zat besi dapat menurun, jika mengkonsumsi bersama dengan konsumsi kalsium,
sereal gandum murni, kacang cokelat, kuning telur dan juga minuman yang
mengandung kafein, seperti : teh (dapat menurunkan zat besi hingga 60 %) dan
kopi. Maka tidak dianjurkan meminum pil zat besi dengan segelas susu, teh, atau
kopi.
d.
Kebutuhan
Zat Besi Ibu Post Partum
Ibu
post partum hendaknya mengkonsumsi tablet Fe selama 42 hari setelah melahirkan, untuk mencegah
terjadinya anemia pada masa post partum. (24)
Tidak
hanya tablet Fe, perbanyak konsumsi makanan yang kaya akan zat besi, seperti :
daging merah, hati, keju ikan, sayuran berwarna hijau tua, dan kacang-kacangan.
(34)
e.
Efek
Samping
Peningkatan
absorpsi zat besi dapat menembah
inensitas efek samping yang dialami pasien, seperti :
1) Akan timbul rasa mual saat tablet
Fe tersebut bekerja dalam tubuh. Untuk menguranginya ibu dianjurkan meminum
tablet Fe saat malam hari, menjelang tidur.
2) Konsumsi tablet Fe juga dapat
mengakibatkan konstipasi, bahkan tinja dapat menjadi berwarna hitam kecoklatan.
Harusnya ibu tidak usah khawatir dengan hal ini, karena hanya pengaruh obat
saja dan tidak berbahaya. (29)
3. Anemia
a.
Pengertian
Anemia
adalah suatu keadaan tubuh yang ditandai dengan defisiensi pada ukuran dan
jumlah eritrosit atau pada kadar hemoglobin yang tidak mencukupi untuk fungsi
pertukaran O2 dan CO2 diantara jaringan dan darah. Anemia adalah istilah yang
digunakan pada keadaan penurunan konsentrasi hemoglobin dalam darah.
Anemia
merupakan kondisi dimana sel darah merah
(eritrosit) menurun atau menurunnya hemoglobin, sehingga kapasitas daya angkut
oksigen untuk kebutuhan organ-organ vital. (16)
b.
Penyebab
Anemia Defisiensi zat besi(3)
Secara
umum ada tiga penyebab anemia defisiensi zat besi, yaitu :
a.
Kehilangan
darah secara kronis
Sebagian
besar kehilangan darah disebabkan oleh proses perdarahan seperti luka operasi,
persalinan dan perdarahan akibat penyakit, sementara pada wanita terjadi
kehilangan darah secara alamiah setiap bulan. Jika darah yang keluar selama
menstruasi sangat banyak (banyak wanita yang tidak sadar kalau darah haidnya
terlalu banyak) akan terjadi anemia defisiensi besi. Sepanjang usia produktif,
wanita akan mengalami kehilangan darah akibat peristiwa haid. Beberapa
penelitian telah membuktikan bahwa jumlah darah yang hilang selama satu periode
haid berkisar antara 20 – 25cc. Jumlah ini menyiratkan kehilangan zat besi
sebesar 12,5 – 15 mg/bulan, atau kira-kira sama dengan 0,4 – 0,5 mg sehari.
Selain
itu kehilangan zat besi dapat pula diakibatkan oleh infestasi parasite seperti
cacing tambang, darah yang hilang akibat infestasi cacing tambang bervaiasi
antara 2 – 100 cc/hari.
b.
Asupan
dan serapan tidak adekuat
Makanan
yang banyak mengandung zat besi adalah bahan makanan yang berasal dari daging
hewan. Disamping banyak mengandung zat besi, serapan zat besi dari sumber
makanan tersebut mempunyai angka keterserapan sebesar 20 – 30%. Sayangnya
sebagian penduduk yang (belum) sedang berkembang tidak (belum) mampu
menghadirkan bahan makanan tersebut dimeja makan. Ditambah dengan kebiasaan
mengkonsumsi makanan yang dapat mengganggu penyerapan zat besi (seperti kopi
dan teh) secara bersamaan pada waktu makan menyebabkan serapan zat besi semakin
rendah.
c.
Peningkatan
kebutuhan
Asupan
zat besi harian diperlukan untuk mengganti zat besi yang hilang melalui tinja,
air kencing dan kulit. Kehilangan besi ini diduga sebanyak 14µg/kgBB/hari. Jika
dihitung menurut jenis kelamin kehilangan basis zat besi untuk orang dewasa
laki-laki mendekati 0,9 mg dan wanita 0,8 mg.
Selama
menyusui zat besi yang harus hilang bersama darah haid dialihkan sebagian
(kira-kira 0,3mg) kedalam air susu ibu (ASI) sebagian tambahan kehilangan
basal. Kehilangan zat besi yang bersifat fisiologis terutama terjadi akibat
dekuaminasi sel-sel mukosa saluran cerna yang mengandung zat besi, besarnya
kehilangan itu sekitar 1mg/hari.
Klasifikasi
derajat anemia menurut WHO:
1) Grade 0 (normal) ≥
11 gr%
2) Grade 1 (mild) 9,5
-10.9 gr%
3) Grade 2 (moderate) 8,0
– 9,4 gr%
4) Grade 3 (severe) 6,5
– 7,9 gr%
5) Grade 4 (life-theatening) < 6,5 gr%
Anemia
adalah suatu keadaan dimana kadar hemoglobin (Hb) dalam darah kurang dari
normal yang berbeda untuk setiap kelompok umur dan jenis kelamin.(18)
1) Untuk ibu hamil 11 gr%
2) Untuk ibu menyusui lebih dari
tiga bulan 12 gr%
3) Untuk wanita dewasa 13 gr%
4) Untuk laki-laki dewasa 13 gr%
Menurunnya
Hb sekitar kurang dari 10 % dapat menyebabkan:
1) Pusing, cepat lelah
2) Prestasi kerja cepat menurun
Menurunnya
Hb kurang dari 8 gr% dapat menyebabkan:
1) Tampak anemia
2) Pusing, pening
3) Nyeri dada
4) Sukar bernafas
c.
Penanganan
anemia
Upaya
meningkatkan kesehatan ibu hamil dan nifas maka, setiap ibu hamil dan nifas
periksa ketenaga kesehatan maka berhak mendapatkan:
a.
Pemberian
penyuluhan dan konseling tentang pentingnya gizi bagi ibu hamil dan nifas
tentang pencegahan anemia dan tablet tambah darah.
b.
Melakukan
deteksi dini ibu hamil dan nifas penderita anemia dengan pemeriksaan Hb.
c.
Suplementasi
tablet tambah darah.(19)
Sejauh
ini ada empat pendekatan dasar pencegahan anemia defisiensi zat besi. Keempat
pendekatan tersebut adalah:
a.
Pemberian
tablet atau suntikan zat besi.
b.
Pendidikan
dan upaya yang ada kaitannya dengan peningkatan asupan zat besi melalui makanan.
c.
Pengawasan
penyakit infeksi.
d.
Fortifikasi
makanan pokok dengan zat besi.(3)
Anemia
defisiensi biasanya diobati dengan obat oral. Tujuan pemberian obat tablet besi
untuk memperbaiki kadar hemoglobin dan simpanan besi. Dosis elemental iron adalah 100 – 200 mg/hari.
Kepustakaan lain menyebutkan dosis terapi adalah 60 – 120 mg. Tablet besi oral
dapat berupa ferrous sulphate, ferrous
fumarate dan ferous gluconate.(20)
Pada tataran
praktik klinis, jika penyebab anemia sudah ditemukan dan tempat perdarahan
berlangsung sudah berlangsung dieliminasi, pengobatan diarahkan untuk mengganti
deficit zat besi dengan garam anorganik. Sesungguhnya masalah defisiensi zat
besi cukup diterapi dengan memberikan makanan yang cukup mengandung zat besi.
Namun jika anemia sudah terjadi, tubuh tidak akan mungkin menyerap zat besi
dalam jumlah besar dan dalam waktu yang relative singkat. Karena itu pengobatan
selalu menggunakan suplementasi zat besi disamping itu tentu saja menambah
makanan yang dapat menambah penyerapaan zat besi.(3)
d.
Faktor-faktor
yang mempengaruhi terjadinya anemia pada ibu nifas
a.
Faktor
dasar
1)
Sosial
ekonomi
Faktor
sosial ekonomi memainkan peranan yang
penting. Tingkat kemiskinan di Negara berkembang menerangkan penyebab anemia
berat dan efeknya yang serius pada sebagian besar Negara didunia. Kesukaran
yang ditimbulkan oleh gizi buruk, kekurangan air, tabu terhadap makanan,
produksi dan cadangan makanan yang tidak cukup dan tidak adanya sistem jaminan
yang efektif secara bersama-sama menurunkan kesehatan dan menyebabkan anemia
pada para wanita.(3)
2)
Pengetahuan
Tingkat
pengetahuan gizi yang rendah dapat juga mendukung terjadinya kesalahan dalam
penyusunan menu makanan setiap hari, sehingga jumlah yang dikonsumsi lebih
kecil dari kebutuhan, keadaan ini akan lebih berat bagi wanita dalam masa
nifas, karena selama nifas terjadi peningkatan kebutuhan zat-zat makanan.
Ibu
nifas dengan pengetahuan gizi rendah mempunyai resiko lebih tinggi untuk
terjadi anemia gizi, dibandingkan ibu nifas yang mempunyai pengetahuan gizi
tinggi. (1)
3)
Pendidikan
Pendidikan
sangat besar pengaruhnya terhadap tingkah laku seseorang. Seseorang yang
berpendidikan tinggi akan berbeda tingkah lakunya dengan orang yang hanya
berpendidikan dasar.(21)
Biasanya
seorang ibu khususnya ibu nifas yang berpendidikan tinggi dapat menyeimbangkan
pola konsumsinya, apabila pola konsumsinya telah sesuai, maka asupan zat gizi
yang diperoleh akan tercukupi, maka kemungkinan besar bisa terhindar dari
masalah anemia.(3)
4)
Budaya
Biasanya
pada ibu nifas, masih menganut budaya/ kebiasaan pada zaman dulu yaitu dengan
pantang makan(22). Dengan demikian pola konsumsinya tidak akan
sesuai dan kebutuhan zat gizinya tidak tercukupi. Sehingga kemungkinan besar
ibu dapat terkena anemia.(23)
b.
Faktor
langsung
1)
Penyakit
infeksi
Penyakit
infeksi seperti TBC, cacing usus dan malaria juga merupakan penyebab terjadinya
anemia karena menyebabkan terjadinya peningkatan penghancuran sel darah merah
dan terganggunya produksi eritrosit. (12)
2)
Perdarahan
Penyebab
anemia gizi besi juga dikarenakan terlampau banyaknya besi keluar dari badan
misalnya pada perdarahan. (12)
c.
Faktor
tidak langsung
1)
Paritas
Adalah
jumlah kehamilan yang menghasilkan janin yang mampu hidup diluar kandungan (28
minggu).(19)
2)
Umur
Terdapat
bukti di negara barat bahwa sekitar 20-30 % wanita usia subur telah mengabaikan
simpanan zat bsi, meskipun terdaat hanya sekitar 2-8 % individu mengalami
anemia defisiensi zat besi.
Ibu hamil di atas 30 tahun lebih cenderung mengalami
anemia. Hal ini disebabkan karena karena pengaruh turunnya cadangan zat besi dalam
tubuh akibat masa fertilitas. Begitu pula dengan ibu nifas, setelah
mengeluarkan banyak darah saat melahirkan. Dalam masa nifas, terutama ibu-ibu
yang sudah berumur di atas 30 tahun pengembalian fungsi tubuhnya lebih lambat
dibandingkan dengan ibu-ibu yang masih muda. Pembentukan kembali sel darah
merah juga masih sangat aktif Dafar Pustaka
1.
Swasomo,
Meutia. Buku Kehamilan, Kelahiran, Perawatan Ibu dan Bayi dalam Konteks Budaya. Jakarta :
Universitas Indonesia ; 1998.
2.
Proverawati
Atiakah, Erna Kusuma Wati. Buku Ilmu Gizi Untuk Keperawatan dan Gizi Kesehatan. Yogyakarta :
Nuha Medika; 2010.
3.
Ikatan
Bidan Indonesia(IBI). Standar Pelayanan Kebidanan. Jakarta : PP IBI
4.
Sadikin,
M. Biokimia Darah. Jakarta : Widya Medika ; 2001.
5.
Hariono.
Medika Arsip. 22 Agustus 2006 [Diakses Tanggal 08 November 2011] Didapat dari : http://www.tempo.co.id
6.
Kee,
L. J. Pedoman Pemeriksaan Laboratorium dan Diagnostik. Edisi 6, Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta ;
2007.
7.
Maryunani,
Anik. Asuhan pada Ibu Dalam Masa Nifas (Post Partum). Jakarta:EGC; 2009.
8.
Jordan,
Sue. Farmakologi Kebidanan. Jakarta : EGC ; 2003.
9.
Corwin,
E. J. Buku Saku Patofisiologi. Jakarta : EGC ; 2001.
10.
Waryana,
SKM. Buku Gizi Reproduksi. Yogyakarta: Pustaka Rihama ; 2010.
11.
Sulistyawati,
Ari. Buku Ajar Asuhan Kebidanan pada Ibu Nifas. Yogyakarta : ANDI OFFSET ; 2009.
12.
Suherni.
Perawatan Nifas, Cetakan ke-3. Yogyakarta; 2009.
4 komentar:
Posting Komentar