RSS

Pages

Pengertian Masa Nifas / Post Partum Normal



1.   Pengertian
Dalam bahasa latin, waktu tertentu setelah melahirkan anak ini disebut  puerpurium, yaitu dari kata puer yang artinya bayi dan parous yang artinya melahirkan. Puerpurium berarti masa setelah melahirkan bayi. (8)

Masa nifas dimulai beberapa jam sesudah lahirnya plasenta sampai dengan 6 minggu berikutnya. (2)
Masa nifas (puerpurium) dimulai setelah kelahiran plasenta dan berakhir ketika alat-alat kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil. Masa nifas berlangsung selama kira-kira 6 minggu. (1)
Masa nifas (puerpurium) adalah masa pulih kembali, mulai dari persalinan selesai sampai alat-alat kandungan  kembali seperti pa-hamil. Lama masa nifas ini yaitu 6-8 minggu. (7)
Masa nifas (puerperium) dimulai setelah plasenta lahir dan berakhir ketika alat-alat kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil. Masa nifas berlangsung selama kira-kira 6 minggu atau 42 hari, namun secara keseluruhan akan pulih dalam waktu 3 bulan. Waktu masa nifas yang paling lama pada wanita umumnya adalah 40 hari, dimulai sejak melahirkan atau sebelum melahirkan (disertai tanda-tanda kelahiran). (5)
Nifas dinyatakan sebagai masa 6 minggu setelah melahirkan, merupakan periode penyesuaian setelah kehamilan yang memungkinkan ibu untuk menyusui dan tubuh ibu dapat kembali ke keadaan sebelum hamil. (6)
Kala puerpurium berlangsung selama 6 minggu atau 42 hari, merupakan waktu yang diperlukan untuk pulihnya alat kandungan pada keadaan yang normal. Dijumpai dua kejadian penting pada puerpurium, yaitu involusi uterus dan proses laktasi. (7)
Masa puerpurium atau masa nifas mulai setelah partus selesai, dan berakhir setelah kira-kira 6 minggu. Akan tetapi, seluruh alat genital baru pulih kembali seperti sebelum ada kehamilan dalam waktu 3 bulan. (8)
Masa nifas (puerperium) dimulai sampai plasenta lahir dan berakhir ketika alat-alat kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil. Masa nifas berlangsung selama 6 minggu. Wanita yang melalui periode puerperium disebut puerpura. Puerperium (nifas) berlangsung selama 6 minggu atau 42 hari, merupakan waktu yang diperlukan untuk pulihnya alat kandungan pada keadaan yang normal. (9)
Menurut WHO pascapartus-postnatal atau puerpurium, mulai sejak satu jam setelah plasenta lahir sampai dan berakhir minggu ke-6 atau berlangsung selama 42 hari. (33)
2.   Tahapan Masa Nifas (4)
a.   Puerperium Dini (immediate puerperium) : waktu 0 – 24 jam post partum, yaitu kepulihan dimana ibu telah diperbolehkan berdiri dan berjalan-jalan.
b.   Puerperium Intermedial (early puerperium) : waktu 1 - 7 hari post partum.
c.   Remote Puerperium (later puerperium) : waktu 1 – 6 minggu post partum. Waktu yang diperlukan untuk pulih dan sehat sempurna, terutama bila selama hamil dan waktu persalinan mempunyai komplikasi. Waktu untuk sehat bias berminggu-minggu, bulan atau tahun.
3.   Tujuan Asuhan Masa Nifas
Semua kegiatan yang dilakukan, baik dalam bidang kebidanan maupun di bidang lain selalu mempunyai tujuan agar kegiatan tersebut terarah dan diadakan evaluasi dan penilaian. Tujuan dari perawatan masa nifas ini adalah :
a.   Memulihkan kesehatan umum penderita
1)  Menyediakan makanan sesuai kebutuhan.
2)  Mengatasi anemia
3)  Mencegah infeksi dengan memperhatikan kebersihan dan sterilisasi
4)  Mengembalikan kesehatan umum dengan pergerakan otot untuk memperlancar peredaran darah
b.   Mempertahankan kesehatan psikologis
c.   Mencegah infeksi dan komplikasi
d.   Memperlancar pembentukan air susu ibu (ASI)
e.   Mengajarkan ibu untuk melaksanakan perawatan mandiri sampai masa nifas selesai dan memelihara bayi dengan baik, sehingga bayi dapat mengalami pertumbuhan dan perkembangan normal.
            Ada juga yang menyatakan tujuan masa nifas sebagai berikut :
a.   Menjaga kesehatan ibu dan bayi, baik fisik maupun psikologi
b.   Melaksanakan skrining yang komprehensif, mendeteksi masalah, mengobati atau merujuk bila terjadi komplikasi pada ibu maupun bayinya.
c.   Memberikan pendidikan kesehatan tentang perawatan kesehatan dini, nutrisi, KB, menyusui, pemberian imunisasi pada bayi dan perawatan bayi sehat.
d.   Memberikan pelayanan KB.
e.   Mendapatkan kesehatan emosi. (1)
4.   Perubahan Fisiologi Masa Nifas (32)
a.   Perubahan Sistem Reproduksi
1)  Uterus
a)  Pengerutan rahim (involusi)
Involusi uteri atau pengerutan uterus merupakan suatu proses dimana uterus kembali ke kondisi sebelum hamil dengan berat  sekitar 60 gram. Proses ini dimulai segera setelah plasenta lahir akibat kontraksi otot-otot polos uterus. Dengan involusi uterus ini, lapisan dari desidua yang mengelilingi situs plasenta akan menjadi neurotic (layu/mati)
Perubahan ini dapat diketahui dengan melakukan pemeriksaan palpasi untuk meraba di mana TFU-nya (tinggi fundus uteri) :
(1)    Pada saat bayi lahir, fundus uteri setinggi pusat dengan berat 1000 gram.
(2)    Pada akhir kala III, TFU teraba 2 jari di bawah pusat.
(3)    Pada 1 minggu post partum, TFU teraba pertengahan pusat sympisis dengan berat 500 gram.
(4)    Pada 2 minggu post partum, TFU teraba di atas sympisis dengan berat 350 gram.
(5)    Pada 6 minggu post partum, fundus uteri mengecil (tak teraba) dengan berat 50 gram.
Involusi uterus terjadi melalui 3 proses yang bersamaan, antara lain :
(1)    Autolysis
Autolysis merupakan proses penghancuran diri sendiri yang terjadi di dalam otot uteri. Sitoplasma yang berlebihan tercerna sendiri sehingga tertinggal jaringan fibro elastic dalam jumlah renik sebagai bukti kehamilan.
(2)    Atrofi jaringan
Jaringan yang berproliferasi dengan adanya esrogen dalam jumlah besar, kemudian mengalami atrofi sebagai reaksi terhadap penghentian produksi estrogen yang menyertai pelepsan plasenta. Selain perubahan atrofi pada otot-otot uterus, lapisan desidua akan mengalami atrofi dan terlepas dengan meninggalkan lapisan basal yang akan beregenerasi menjadi endometrium yang baru.
(3)    Efek oksitosin (kontraksi)
Intensitas kontraksi uterus meningkat secara bermakna segera setelah bayi lahir. Hal tersebut diduga terjadi sebagai respon terhadap penurunan volume intrauterine yang sangat besar. Hormon oksitosin yang dilepas dari kelenjar hypofisis memperkuat dan mengatur kontraksi uterus, mengompresi pembuluh darah, dan membantu proses homeostatis. Kontraksi dan retraksi otot uteri akan mengurangi suplai darah ke uterus. Proses ini akan membantu mengurangi bekas luka tempat implantasi plasenta dan mengurangi perdarahan. Luka bekas perlekatan plasenta memerlukan waktu 8 minggu untuk sembuh total. Pemberian ASI segera setelah bayi lahir akan merangsang pelepasan oksitosin karena hisapan bayi pada payudara.
b)  Lokhea
Lokhea adalah ekskresi cairan rahim selama nifas. Lokhea mengandung darah dan sisa jaringan desidua yang nekrotik dari dalam uterus. Lokhea berbau amis atau anyir dengan volume yang berbeda-beda pada setiap wanita. Lokhea mempunyai perubahan warna dan volume karena adanya proses involusi.
Lokhea dibedakan menjadi 3 jenis berdasarkan warna dan waktu keluarnya :
(1)   Lokhea rubra / merah
Lokhea ini keluar pada hari pertama sampai hari ke-4 masa post partum. Cairan yang keluar berwarna merah segar karena terisi darah, jaringan plasenta, dinding rahim, lemak bayi, lanugo dan mekonium.

(2)    Lokhea sanguilenta
Lokhea ini berwarna merah kecoklatan dan berlendir, serta berlangsung dari hari ke-4 sampai hari ke-7 post partum.
(3)    Lokhea serosa
Lokhea ini berwarna kuning kecokelatan karena mengandung serum, leukosit, dan robekan atau laserasi plasenta. Keluar pada hari ke-7 sampai hari ke-14.
(4)    Lokhea alba / putih
Lokhea ini mengandung leukosit, sel desidua, sel epitel, selaput lendir servik, dan serabut jaringan yang mati dan berlangsung selama 2-6 minggu post partum.
Bila terjadi infeksi, akan keluar cairan nanah berbau busuk yang disebut dengan “lokhea purulenta”. Pengeluaran lokhea yang tidak lancar disebut dengan “Lokhea statis”.
c)  Perubahan serviks
Bentuk serviks agak menganga seperti corong, segera setelah bayi lahir. Bentuk ini disebabkan oleh corpus uteri yang dapat mengadakan kontraksi, sedangkan serviks tidak berkontraksi sehingga seolah-olah pada perbatasan antara korpus dan serviks berbentuk semacam cincin. Setelah bayi lahir, tangan dapat masuk ke dalam rongga rahim. Setelah 2 jam, hanya dapat dimasuki 2-3 jari. Pada minggu ke-6 post partum.


2)  Vulva dan vagina
Vulva dan vagina mengalami penekanan, serta peregangan yang sangat besar selama proses melahirkan bayi. Dalam beberapa hari pertama sesudah proses tersebut, kedua organ ini tetap dalam keadaan kendur. Setelah 3 minggu, kembali kepada keadaan tidak hamil dan rugae dalam vagina secara berangsur-angsur akan muncul kembali, sementara labia menjadi lebih menonjol.
3)  Perineum
Segera setelah melahirkan setelah melahirkan, perineum menjadi kendur karena sebelumnya teregang oleh tekanan bayi yang bergerak maju. Pada post partum hari ke-5, perineum sudah mendapatkan kembali sebagian tonusnya, sekalipun tetap lebih kendur daripada keadaan sebelum hamil.
b.   Perubahan Sistem Pencernaan
Biasanya, ibu akan mengalami konstipasi setelah persalinan. Hal ini disebabkan karena karena pada waktu persalinan, alat pencernaan mengalami tekanan yang menyebabkan kolon menjadi kosong, pengeluaran cairan berlebih pada waktu persalinan, kurangnya asupan cairan dan makanan, serta kurangnya aktivitas tubuh.
Supaya buang air besar kembali normal, dapat diatasi dengan dit tinggi serat, peningkatan asupan cairan, dan ambulasi awal. Bila ini tidak berhasil, dalam 2-3 hari dapat diberikan obat laksansia.
Selain konstipasi, ibu juga mengalami anoreksi akibat penurunan dari sekresi kelenjar pencernaan dan mempengaruhi perubahan sekresi, serta penurunan kebutuhan kalori yang menyebabkan kurang nafsu makan.
c.   Perubahan Sistem Perkemihan
Setelah proses persalinan berlangsung, biasanya ibu akan sulit untuk BAK dalam 2 jam pertama. Kemungkinan penybab dari keadaan ini adalah terdapat spasme spinter dan edema leher kandung kemih sesudah bagian ini mengalami kompresi (tekanan) antara kepala janin dan tulang pubis selama persalinan berlangsung.
Urine dalam jumlah besar akan dihasilkan dalam 12-36 jam post partum. Kadar hormon estrogen yang bersifat menahan air akan mengalami penurunan yang mencolok . Ureter yang berdilatasi akan kembali normal dalam 6 minggu.
d.   Perubahan Sistem Muskuloskeletal
Otot-otot uterus berkontraksi segera setelah partus. Pembuluh-pembuluh darah yang berada di antara anyaman otot-otot uterus akan terjepit. Proses ini akan menghentikan perdarahan setelah plasenta dilahirkan.
Ligamen-ligamen, diafragma pelvis, serta fasia yang meregang pada waktu persalinan, secara brangsur-angsur  menjadi ciut dan pulih kembali sehingga tidak jarang uterus jatuh kebelakang dan retroflksi karena ligamentum rotundum menjadi kendor. Tidak jarang pula wanita mengeluh kandungannya turun setelah melahirkan karena ligamen fisia, jaringan penunjang alat genitalia kendor. Stabilitasi sempurna terjadi pada 6-8 minggu setelah persalinan.


e.   Perubahan Sistem Endokrin
1)  Hormon plasenta
Hormon plasenta menurun dengan cepat setelah persalinan. HCG menurun dengan cepat dan menetap sampai 10% dalam 3 jam hingga hari ke-7 post partum dan sebagai pemenuhan mamae pada hari ke-3 post partum.
2)  Hormon pituitary
Prolaktin darah akan meningkat dengan cepat. Pada wanita yang tidak menyusui, prolaktin menurun dalam waktu 2 minggu. FSH dan LH akan meningkat pada fase konsentrasi folikuler (minggu ke-3) dan LH tetap rendah hingga ovulasi terjadi.
3)  Hypotalamik pituitary ovarium
Lamanya seorang wanita mendapat menstruasi juga dipengaruhi oleh faktor menyusui.
4)  Kadar estrogen
Setelah prsalinan terjadi penurunan kadar estrogen yang bermakna sehingga aktivitas prolaktin yang juga sedang meningkat dapat mempengaruhi kelenjar mamae dala menghasilkan ASI.
f.    Perubahan Tanda Vital
1)  Suhu badan
Dalam 24 jam post partum, suhu badan akan naik sedikit (37,5º-38º C) sebagai akibat kerja keras sewaktu melahirkan, kehilangan cairan, dan kelelahan. Pada hari ke-3 suhu badan naik lagi karena adanya pembentukan ASI. Bila suhu tidak turun, kemungkinan terjadi infeksi pada endometrium.
2)  Nadi
Denyut nadi normal orang dewasa adalah 60-80 kali permenit. Denyut nadi sehabis melahirkan biasanya akan lebih cepat. Setiap denyut nadi yang melebihi 100 kali per menit adalah abnormal dan hal ini menunjukkan adanya kemungkinan infeksi.
3)  Tekanan darah
Tekanan darah biasanya tidak berubah. Kemungkinan tekanan darah akan lebih rendah setelah ibu melahirkan karena ada perdarahan. Tekanan darah tinggi pada saat post partum dapat menandakan terjadinya pre-eklamsi post partum.
4)  Pernafasan
Keadaan pernafasan selalu berhubungan dngan suhu dan denyut nadi. Bila suhu dan nadi tidak normal maka pernafasan juga akan mengikutinya, kecuali bila ada gangguan khusus pada saluran pencernaan.
g.   Perubahan Sistem Kardiovaskuler
Setelah persalinan, shunt akan hilang dengan tiba-tiba. Volume darah ibu relatif akan bertambah. Keadaan ini akan menyebabkan beban pada jantung dan akan menyebabkan beban pada jantung. Keadaan ini dapat diatasi dengan mekanisme kompensasi dengan tumbuhnya haemokonsentrasi sehingga volume darah kembali seperti sedia kala. Umumnya ini terjadi pada 3-5 hari post partum.

h.   Perubahan Sistem Hematologi
Jumlah Hb, Hmt, dan eritrosit sangat bervariasi pada saat awal-awal masa post partum sebagai akibat dari volume darah , plasenta, dan tingkat volume darah yang berubah-ubah. Semua tingkatan ini akan dipengaruhi oleh status gizi dan hidrasi wanita tersebut. Penurunan volume darah dan peningkatan Hmt dan Hb pada hari ke -3 sampai hari ke-7 post partum, yang akan kembali normal dalam 4-5 minggu.
5.   Adaptasi Psikologi Ibu Masa Nifas
Setelah melahirkan , ibu mengalami perubahan fisik dan fisiologis yang juga mengakibatkan adanya beberapa perubahan pada psikisnya. Masa ini adalah masa rentan dan terbuka untuk bimbingan dan pembelajaran.
Reva Rubin membagi periode ini menjadi 3 bagian, antara lain :
a.   Periode “taking in”
1)  Periode ini terjadi 1-2 hari sesudah melahirkan. Ibu baru pada umumnya pasif dan tergantung, perhatiannya tertuju pada kekhawatiran akan tubuhnya.
2)  Ibu mungkin akan mengulang-ulang menceritakan pengalamannya waktu melahirkan.
3)  Tidurkan tanpa gangguan sangat penting untuk mengurangi gangguan kesehatan akibat kurang istirahat.
4)  Peningkatan nutrisi dibutuhkan untuk mempercepat pemulihan dan penyembuhan luka, serta persiapan proses laktasi aktif.
5)  Dalam memberi asuhan, bidan harus dapat memfasilitasi kebutuhan psikologis ibu. Pada tahap ini bidan dapat menjadi pendengar yang baik saat ibu bercerita pengalamannya dan berikan juga dukungan mental atau apresiasi untuk timbulnya jalinan komunikasi yang baik antara pasien dan bidan.
b.   Periode “taking hold”
1)  Periode ini berlangsung pada hari ke 2-4 post partum.
2)  Ibu menjadi perhatian pada kemampuannya menjadi orang tua sukses dan meningkatkan tanggung jawab terhadap bayi.
3)  Ibu berkonsentrasi pada pengontrolan fungsi tubuhnya, BAB BAK, serta kekuatan dan ketahanan tubuhnya.
4)  Ibu berusaha keras untuk menguasai  keterampilan perawatan bayi, misalnya menggendong, memandikan memasang popok, dan sebagainya.
5)  Pada masa ini, ibu biasanya agak sensitif dan merasa tidak mahir dalam melakukan hal-hal tersebut.
6)  Pada tahap ini, bidan harus tanggap terhadap kemungkinan perubahan yang terjadi.
7)  Tahap ini merupakan waktu yang tepat bagi bidan untuk memberikan bimbingan cara perawatan bayi, namun harus selalu diperhatikan teknik bimbingannya, jangan sampai menyinggung perasaan.
c.   Periode “letting go”
1)  Terjadi setelah ibu pulang kerumah dan sangat berpengaruh terhadap waktu dan perhatian yang diberikan oleh keluarga.
2)  Ibu mengambil tanggung jawab terhadap perawatan bayi. Ia harus beradaptasi dengan kebutuhan yang sangat tergantung, yang menyebabkan berkurangnya hak ibu dalam kebebasan dan berhubungan sosial.
3)  Periode ini umumnya terjadi depresi post partum.
6.   Perawatan pasca persalinan (1)
a.   Kebersihan diri
1)  Anjurkan kebersihan seluruh tubuh
2)  Mengajarkan ibu bagaimana membersihkan daerah kelamin dengan sabun dan air. Pastikan bahwa ia mengerti untuk membersihan daerah disekitar vulva terlebih dahulu, dari depan kebelakang, baru kemudian membersihkan daerah sekitar anus. Nasehatkan ibu untuk membersihkan diri setiap kali selesai buang air kecil atau besar.
3)  Sarankan ibu untuk mengganti pembalut atau kain pembalut setidaknya 2x sehari.
4)  Sarankan ibu untuk mencuci tangan dengan sabun dan air sebelum dan sesudah membersihkan alat kelaminnya.
5)  Jika ibu mempunyai luka episiotomi atau laserasi, sarankan kepada ibu menghindari menyentuh daerah luka.
b.   Istirahat
1)  Anjurkan ibu untuk beristirahat cukup untuk mencegah kelelahan yang berlebihan.
2)  Sarankan ibu untuk kembali ke kegiatan-kegiatan rumah tangga biasa perlahan-lahan, serta untuk tidur siang atau beristirahat selagi bayi tidur.
3)  Kurang intirahat akan mempengaruhi ibu dalam beberapa hal,diantaranya: mengurangi jumlah ASI yang diproduksi, memperlambat proses involusi uterus dan memperbanyak perdarahan, menyebabkan depresi dan ketidakmampuan untuk merawat bayi dan dirinya sendiri.
c.   Latihan
1)  Diskusikan pentingnya mengembalikan otot-otot perut dan panggul kembali normal. Ibu akan merasa lebih kuat dan ini menyebabkan otot perutnya menjadi kuat sehingga mengurangi rasa sakit pada punggung
2)  Jelaskan bahwa latihan tertentu beberapa menit setiap hari sangat membantu, seperti:
a)  Dengan tidur terlentang dengan lengan disamping, menarik otot perut selagi menarik otot nafas, tahan nafas kedalam dan tahan dagu ke dada: tahan satu hitungan sampai 5. Rileks dan ulangi 10 kali.
b)  Untuk memperkuat otot tonus vagina (latihan kegel)
3)  Berdiri dengan tungkai dirapatkan. Kencangkan otot-otot, pantat dan pinggul dan tahan sampai 5 hitungan. Kendurkan dan ulangi latihan sebanyak 5 kali.
d.   Gizi ibu menyusui
Ibu menyusui sebaiknya mengkonsumsi makanan yang mengandung :
1)  Mengkonsumsi tambahan 500 kalori tiap hari. Rekomendasi ini didasarkan pada asumsi, bahwa tiap 100 cc ASI berkemampuan memasok 67-77 kkal. Efisiensi konversi energi yang terkandung dalam makanan menjadi energi susu sebesar rata-rata 80%, dengan diperlukan untuk menghasilkan 100 cc susu, yaitu sekitar 85 kkal. Rata-rata produksi ASi sehari 850 cc yang berarti mengandung 600 kkal. Sementara itu kalori yang dihabiskan untuk menghasilkan ASI sebanyak itu adalah 750 kkal. Sesungguhnya tambahan kalori tersebut hanya sebesar 700 kkal, sementara (sekitar 200kkal) diambil dari cadangan indogen,yaitu timbunan lemak selama hamil. Mengingat efisiensi konversi energi hanya 80 – 90 %, maka energy dari makanan yang dianjurkan (500 kkal) hanya akan menjadi energy ASI sebesar 400 – 450 kkal. Mengacu pada “literature barat” asupan energi kurang dari 2700 kkal sehari menyiratkan kekurangan kalsium, magnesium, seng, vitamin B6 dan folat. (3) Setelah melahirkan dan untuk memproduksi air susu yang cukup untuk menyehatkan bayi. karena kebutuhan gizi pada masa nifas terutama bila menyusui akan meningkat 25%.(31)
2)  Asam lemak omega 3 yang akan diubah jadi DHA (sumber bahan makanan diperoleh dari ikan laut seperti kakap, tongkol, lemuru). (23)
3)  Ca          : susu, keju, teri, kacang-kacangan dan sebagainya.
4)  Fe           : daging, hati, golongan seafood, bayam.
5)  Zink        : makanan laut
6)  Vitamin C   :  buah-buahan berasa kecut dan asam (jeruk, sirsak, apel, tomat)
7)  Minum setiap 3 liter air setiap hari (anjurkan ibu untuk minum setiap kali menyusui)
8)  Pil zat besi harus diminum untuk menambah zat gizi setidaknya selama 40 hari pasca persalinan.
9)  Minum kapsul vitamin A (200.000 unit) agar bisa memberikan vitamin A kepada bayinya melalui ASI-nya.
Selain itu ibu menyusui juga dapat mengkonsumsi sayuran yang dapat memperbanyak ASI, seperti daun turi (katuk) dan kacang-kacangan.
e.   Perawatan payudara
1)  Menjaga payudara tetap bersih dan kering.
2)  Menggunakan BH yang menyokong payudara.
3)  Apabila putting susu lecet oleskan kolustrum atau ASI yang keluar pada sekitar putting susu setiap kali selesai menyusui. Menyusui tetap dilakukan dimulai dari putting susu yang tidak lecet.
4)  Apabila lecet sangat berat dapat di istirahatkan selama 24 jam. ASI dikelurakan dan diminumkan dengan menggunakan sendok.
5)  Untuk menghilangkan nyeri dapat minum paracetamol 1 tablet setiap 4 – 6 jam.
6)  Apabila payudara bengkak akibat bendungan ASI, lakukan:
a)  Pengompresan payudara dengan menggunakan kain basah dan hangat selama 5 menit
b)  Urut payudara dari arah pangkal menuju puting atau gunakan sisir untuk mengurut payudara dengan arah “Z” menuju puting.
c)  Keluarkan ASI sebagian dari bagian depan payudara sehingga puting susu menjadi lunak.
d)  Susukan bayi setiap 2 – 3 jam sekali. Apabila tidak dapat menghisap seluruh ASI keluarkan dengan tangan.
e)  Letakkan kain dingin pada payudara setelah  menyusui.
f)   Payudara dikeringkan.
f.    Hubungan perkawinan / rumah tangga
1)  Bagaimana metode ini dapat mencegah kehamilan dan secara fisik aman untuk memulai hubungan suami istri begitu darah merah berhenti dan ibu dapat memasukkan satu atau dua jari kedalam vagina tanpa rasa nyeri. Begitu darah merah berhenti dan dia tidak merasakan ketidaknyamanan, aman untuk memulai melakukan hubungan suami istri.
2)  Banyak budaya, yang mempuyai tradisi menunda hubungan suami istri sampai masa waktu tertentu, misalnya setelah 40 hari atau 6 minggu setelah persalinan. Keputusan tergantung pada pasangan yang bersangkutan.
g.   Keluarga berencana
1)  Idealnya pasangan harus menunggu sekurang-kurangnya 2 tahun sebelum ibu hamil kembali. Setiap pasangan harus menentukan sendiri kapan dan bagaimana mereka ingin merencanakan keluarganya dengan mengajarkan kepada mereka tentang cara mencegah kehamilan yang tidak diinginkan.
2)  Biasanya wanita tidak akan menghasilkan sel telur (ovulasi) sebelum ia mendapatkan lagi haidnya selama meneteki. Oleh karena itu, Metode Amenorrhea Laktasi dapat dipakai sebelum haid pertama kembali untuk mencegah terjadinya kehamilan baru. Resiko cara ini 2% kehamilan.
3)  Meskipun beberapa metode KB mengandung resiko, menggunakan kontrasepsi lebih aman, terutama apabila ibu sudah haid lagi.
4)  Sebelum menggunakan metode KB hal-hal berikut sebaiknya dijelaskan dulu:
a)  Efektivitasnya
b)  Kelebihan / keuntunganya
c)  Kekuranganya
d)  Efek sampingya
e)  Bagaimana menggunakan metode ini
f)   Kapan metode ini dapat mulai digunakan untuk wanita pasca salin yang menyusui
5)  Jika seorang ibu / pasangan telah memilih metode KB tertentu, ada baiknya untuk bertemu dengannya lagi dalam 2 minggu untuk mengetahui apakah ada yang ingin ditanyakan oleh ibu / pasangan itu dan untuk melihat apakah ibu jika seorang ibu-ibu / pasangan telah memilih metode KB metode tersebut bekerja dengan baik.
7.   Kunjungan Masa Nifas
a.   Kunjungan I : 6 – 8 jam post partum
Tujuan :
1)  Mencegah perdarahan masa nifas karena otonia uteri
2)  Mendeteksi dan merawat penyebab lain perdarahan : rujuk bila perdarahan berlanjut
3)  Memberi konseling pada ibu atau salah satu anggota keluarga bagaimana mencegah perdarahan masa nifas karena atonia uteri.
4)  Pemberian ASI awal
5)  Melakukan hubungan antara ibu dan bayi baru lahir.
6)  Menjaga bayi tetap sehat dengan cara mencegah hipotermi
b.   Kunjungan II : 6 hari post partum
Tujuan :
1)  Memastikan involusi uterus berjalan normal : uterus berkontraksi, fundus dibawah umbilicus, tidak perdarahan abnormal, tidak ada bau.
2)  Menilai ada tanda-tanda demam, infeksi atau perdarahan abnormal.
3)  Memastikan ibu mendapat cukup makanan, cairan dan istirahat.
4)  Memastikan ibu menyusui dengan baik dan tidak memperlihatkan tanda-tanda penyulit. Memberikan konseling pada ibu mengenai asuhan pada bayi, tali pusat, menjaga bayi tetap hangat dan merawat bayi sehari-hari.
c.   Kunjungan III : 2 minggu post partum
Tujuan :
1)  Memastikan involusi uterus berjalan normal: uterus berkontraksi, fundus dibawah umbilicus, tidak perdarahan abnormal, tidak ada bau.
2)  Menilai ada tanda-tanda demam, infeksi atau perdarahan abnormal.
3)  Memastikan ibu mendapat cukup makanan, cairan dan istirahat.
4)  Memastikan ibu menyusui dengan baik dan tidak memperlihatkan tanda-tanda penyulit. Memberikan konseling pada ibu mengenai asuhan pada bayi, tali pusat, menjaga bayi tetap hangat dan merawat bayi sehari-hari.
d.   Kunjungan IV : 6 minggu post partum
Tujuan :
1)  Menanyakan pada ibu tentang penyulit-penyulit yang ia dan bayi alami.
2)  Memberikan konseling untuk KB secara dini.

B.  HEMOGLOBIN
1.    Pengertian
Hemogobin adalah molekul protein pada sel darah merah yang berfungsi sebagai media transport karbondioksida dari jaringan tubuh ke paru-paru. Kandungan zat besi terdapat dalam hemoglobin membuat darah berwarna merah. (27)
Besi yang berada di dalam molekul hemoglobin sangat penting untuk menjalankan fungsi pengikatan dan pelepasan oksigen. Sebenarnya hanya dengan molekul besi yang ada di dalam hemoglobin itulah oksigen diikat dan dibawa. Jelaslah, bila terjadi kekurangan besi, jumlah hemoglobin akan berkurang sehingga jumlah oksigen yang dibawa berkurang pula. Hal ini tampak jelas, misalnya dalam keadaan kekurangan (defisiensi) besi, yang menimbulkan keadaan kekurangan darah atau anemia, yang lebih tepat disebutkan kekurangan hemoglobin. (25)
Pemeriksaan hemoglobin dalam darah mempunyai peranan yang penting dalam diagnosa suatu penyakit, karena hemoglobin merupakan salah satu protein khusus yang ada dalam sel darah merah dengan fungsi khusus yaitu mengangkut O2 ke jaringan dan mengembalikan CO2 dari jaringan ke paru-paru.
Hemoglobin bisa saja berada dalam keadaan larut langsung dalam plasma. Hemoglobin yang meningkat terjadi karena keadaan hemokonsentrasi akibat dehidrasi yang menurun dipengaruhi oleh berbagai masalah klinis. Penurunan jumlah sel darah merah disertai kadar hemoglobin yang sedikit meningkat atau normal terjadi pada kasus anemia serta kadar sel darah merah yang sedikit meningkat atau normal disertai dengan kadar hemoglobin yang menurun terjadi pada anemia defisiensi zat besi.
Kadar hemoglobin yaitu suatu ukuran untuk menentukan jumlah atau persentase sel darah merah dalam darah.
Pentingnya pemeriksaan hemoglobin ini menyebabkan pemeriksaan kadar hemoglobin ini memegang peranan penting dalam mendiagnosa suatu penyakit, seperti anemia. (26)
2.    Tablet Zat Besi
a.   Pengertian(29)
Zat besi merupakan mineral yang diperlukan oleh semua sistem biologi di dalam tubuh. Sekitar 70 persen zat besi yag ada di dalam tubuh berada dalam hemoglobin.
Tablet zat besi merupakan tablet untuk suplementasi penanggulangan anemia gizi atau defisiensi zat besi, yang setia tabletnya mengandung fero sulfat 200 mg atau setara dengan 60 mg besi elementase dan 0,25 mg asam folat.
Tablet sulfas ferosus yang dikeringkan merupakan preparat yang paling sering diberikan.
Konsumsi tablet Fe yaitu suatu kegiatan untuk makan atau minum dalam memperoleh asupan zat besi yang terkandung dalam tablet Fe.
b.   Fungsi Tablet Fe(34)
Zat besi sangat penting untuk fungsi sistem imun tubuh, defisiensi zat besi dapat menurunkan kemampuan darah membawa oksigen, dan anemia dapat menurunkan penyembuhan karena penurunan kadar oksigen. Sintesis kolagen juga bergantung pada zat besi.
Untuk membentuk sel darah merah, sementara sel darah merah bertugas mengangkut oksigen dan zat-zat makanan keseluruh tubuh serta membentu proses meabolisme tubuh untuk menghasilkan energi. Jika asupan zat besi dalam tubuh berkurang dengan sendirinya sel darah merah juga akan berkurang, tubuh pun akan kekurangan oksigen. Akibatnya timbul gejala-gejala anemia, daya ingat dan daya konsentrasi menurun. Anemia dapat dilihat melalui kadar Hemoglobin yang terkandung dalam tubuh.
c.   Cara Kerja(29)
Absorpsi zat besi meningkat dengan mengkonsumsi bersama vitamin C. Karena vitamin C dapat larut dalam air, sehingga vitamin C dapat cepat larut dalam plasma darah. Oleh karena itu sebaiknya meminum pil zat besi dengan segelas air jeruk, akan membantu penyerapan zat besi lebih cepat. Tablet Fe juga bisa diminum dengan air putih.
Absorpsi zat besi dapat menurun, jika mengkonsumsi bersama dengan konsumsi kalsium, sereal gandum murni, kacang cokelat, kuning telur dan juga minuman yang mengandung kafein, seperti : teh (dapat menurunkan zat besi hingga 60 %) dan kopi. Maka tidak dianjurkan meminum pil zat besi dengan segelas susu, teh, atau kopi.
d.   Kebutuhan Zat Besi Ibu Post Partum
Ibu post partum hendaknya mengkonsumsi tablet Fe selama 42  hari setelah melahirkan, untuk mencegah terjadinya anemia pada masa post partum. (24)
Tidak hanya tablet Fe, perbanyak konsumsi makanan yang kaya akan zat besi, seperti : daging merah, hati, keju ikan, sayuran berwarna hijau tua, dan kacang-kacangan. (34)
e.   Efek Samping
Peningkatan absorpsi zat besi  dapat menembah inensitas efek samping yang dialami pasien, seperti :
1)  Akan timbul rasa mual saat tablet Fe tersebut bekerja dalam tubuh. Untuk menguranginya ibu dianjurkan meminum tablet Fe saat malam hari, menjelang tidur.
2)  Konsumsi tablet Fe juga dapat mengakibatkan konstipasi, bahkan tinja dapat menjadi berwarna hitam kecoklatan. Harusnya ibu tidak usah khawatir dengan hal ini, karena hanya pengaruh obat saja dan tidak berbahaya. (29)

2 komentar:

word info news mengatakan...

Bagaimana Cara Mengobati Kudis dengan Bawang Bombay
Jenis-jenis penyakit pada lambung
13 Cara Menghilangkan Mata Ikan di Kaki Dengan Cepat Paling Ampuh
Kandungan Gizi Ketumbar
MANFAAT TERSEMBUNYI DIBALIK TANAMAN COCOR BEBEK BAGI KESEHATAN
KANDUNGAN DAUN MANGKOKAN

barbslabbee mengatakan...

Harrah's Cherokee Casino - Mapyro
Information and Reviews about 당진 출장샵 Harrah's Cherokee Casino in Cherokee, including 광명 출장샵 Realtime Reviews, 보령 출장마사지 Photos, 영주 출장샵 Address: 777 하남 출장샵 Casino Drive, Cherokee, NC 28719. (720) 888-2297.

Posting Komentar